Masjid adalah salah satu karya arsitektural peninggalan kebudayaan Islam yang telah turun-temurun ada di Indonesia, memiliki makna dan nilai historis yang sepatutnya dijaga karena adanya akulturasi antar kebudayaan dan kepercayaan dengan kebudayaan lain. Arsitur sebelumnya juga sudah menulis beberapa artikel tentang Arsitektur Masjid dan perkembangan Masjid di Indonesia.

Artikel berikut ini akan membahas Masjid Al-Mubarok yang berada di desa Kacangan, kecamatan Berbek, Kabupaten Nganjuk. Masjid al Mubarok merupakan masjid yang telah ada sejak tahun 1831 dan termasuk dalam katagori bangunan Cagar Budaya di Kabupaten Nganjuk.

Sejarah Masjid Al-Mubarok

Masjid Al-Mubarok juga dikenal sebagai saah satu masjid tertua dan bersejarah yang ada di kabupaten Nganjuk, Jawa Timur. Masjid ini juga memiliki nama Masjid Yoni Al-Mubarok karena ada peninggalan Yoni Kuno di halaman masjid ini yang kemudian dialihfungsikan sebagai jam matahari dan sebagai penunjuk waktu sholat. Selain itu masjid ini juga dikenal sebagai Masjid Kanjeng Jimat merujuk kepada nama pembangunnya.

Arsitektur Masjid Al-Mubarok di Nganjuk Jawa Timur

Masjid Al-Mubarok ini dibangun pada tahun 1745 oleh Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Sosro Koesoemo atau Kanjeng Jimat yang merupakan Adipati Berbek pertama yang ditunjuk oleh Kraton Yogyakarta saat itu. Beliau memiliki wewenang di daerah ini pada saat hampir seluruh penduduk nya masih memeluk agama Hindu dari era kekuasaan majapahit di kaki gunung Wilis.

Bedug di Masjid Al-Mubarok, sumber : singgahkemasjid.blogspot.com

Ada peninggalan ornamen bersejarah di masjid ini seperti Mimbar dari kayu jati berukir yang dibuat tahun 1758, sebuah bedug yang dibuat padatahun 1759, atap masjid dari material ijuk tahun 1760 yang pada akhirnya diganti sirap. Di halaman depan dimana terdapat yoni, sekarang difungsikan sebagai tempat untuk melihat dan menentukan waktu sholat. Di area masjid terdapat kompleks makam dari Kanjeng Jimat yang ramai dikunjungi peziarah khususnya pada malam jumat legi.

Yoni di Masjid Al-Mubarok, sumber : singgahkemasjid.blogspot.com

Baca juga : Unsur Desain pada Arsitektur Masjid

Arsitektur Masjid Al-Mubarok

Dari beberapa sumber literatur disebutkan bahwa masjid al Mubarok pada awalnya hanya berupa sebuah bangunan tunggal (1 massa) yang memiliki ukuran 14 m x 14 m. Dengan berkembangnya kebutuhan akan tempat untuk menampung jumlah jama'ah yang semakin meningkat, serta banyaknya pengunjung yang datang pada Masjid al Mubarok, maka berdampak pada perubahan/penambahan akan bangunan tersebut. Masjid ini telah mengalami tiga periode pembangunan dan pengembangan, yaitu: periode pertama pada tahun 1831 pada masa Tumenggung Sosrokusumo, periode kedua pada tahun selanjutnya pada masa Tumenggung Sosrodirdjo yang juga mengalami renovasi pada tahun 1986 oleh prakarasa oleh LB. Moerdani, dan yang terakhir pada periode ketiga pada tahun 2014.

Sumber : Nidzom, dkk (2017)
Sumber : Nidzom, dkk (2017)
Sumber : Nidzom, dkk (2017)


Perubahan yang terdapat pada masjid al Mubarok telah menjadikan bentuk muka/fasad bangunan yang berbeda-beda di masing-masing periode pembangunannya. Karena hal tersebut terjadi dalam kurun waktu yang berbeda-beda. Perubahan yang sangat terlihat adalah pada fasad bangunan, yang selanjutnya telah berdampak pada komposisi fasad masjid secara keseluruhan. Hal ini berpengaruh pada karakteristik Masjid al Mubarok. Fasad merupakan aspek penting yang menentukan karakter dari bangunan dan menjadi idetitas bangunan tersebut. Hal ini diperkuat oleh pendapat Krier (2001) bahwa fasad bangunan merupakan elemen penting dalam arsitektur yang dapat menggambarkan makna dan fungsiarsitektural.

Baca juga : 4 Jenis Arsitektur Masjid di Seluruh Dunia

Komposisi Desain Masjid

Selain itu, pada fasad juga dapat mempresentasikan keadaan dari bangunan tersebut akan kebudayaandan kepercayaan saat dibangunnya bangunan tersebut.Permasalahan yang muncul tersebut membuat perlu adanya kajian terhadap komposisi fasad masjidal Mubarok untuk mengetahui perubahan dan perkembangan yang terjadi pada masjid yang telah terbagi menjadi tiga periode, sehingga diketahuilah akan komposisi fasad bangunan Masjid al Mubarok.

Masjid al Mubarok memiliki prinsip desain dengan keseimbangan yang simetri secara keseluruhan bangunan; Irama yang dihasilkan yaitu berirama dinamis, memiliki ketinggian banunan 8,45 meter dari tanah,komposisi warnanya monokromatik, teksturnya kasar dengan adanya tonjolan kolom dan balok, bentuk dasar yaitu persegi, arah garis dominan horisontal; skala yang dihasilkan adalah skala monumental dengan perbandingan manusia; tidak didapatkanya proporsi dengan prinsip golden section; memiliki kesatuan yang utuh dan serasi.

Referensi :

  • Krier, R.. 1988. Komposisi Arsitektur, Jilid I. Cetakan I. Terjemahan Effendi Setiadharma. Jakarta: Erlangga.
  • Nidzom, Mohammad Bahrun.,  Antariksa., Abraham Mohammad Ridjal. 2017. Komposisi Fasad Masjid Al Mubarok Di Nganjuk. Jurnal Mahasiswa Jurusan Arsitektur Universitas Brawijaya.