Arsitektur Metafora adalah penggabungan makna puitis metafora dalam bahasa perancangan arsitektur yang akhirnya melahirkan bentuk-bentuk rancangan bangunan yang memiliki makna metafora. Banyak karya arsitektur yang terinspirasi dari sesuatu hal baik benda ataupun non benda yang selanjutnya menjadi karya metafora.

Metafora adalah majas (bagian dari gaya bahasa) yang digunakan menjelaskan sesuatu melalui perumpamaan dan perbandingan. Kata metafora sendiri berasal dari bahasa latin yakni "Methapherein”. Methapherein terdiri dari dua kata yaitu "metha” yang berarti setelah, melewati dan kata "pherein” yang artinya membawa. 

Dalam artikel ini akan dijelaskan mengenai pengertian arsitektur metafora, pendapat para ahli tentang arsitektur metafora, prinsip dan karakteristik arsitektur metafora, jenis-jenis metafora, tokoh dan contoh karya arsitektur metafora.

Arsitektur Metafora

Metafora adalah suatu gaya yang berkembang pada zaman postmodern. Banyak yang mengatakan bahwa Arsitektur metafora adalah sebuah bahasa untuk mengatakan sesuatu melalui ungkapan bentuk-bentuk visual yang dihasilkannya. Berikut ini merupakan pengertian Konsep Metafora menurut para ahli.

Anthony C. Antoniades, 1990 dalam ”Poethic of Architecture”

Metafora adalah suatu cara memahami suatu hal, seolah hal tersebut sebagai suatu hal yang lain sehingga bisa mempelajari pemahaman yang lebih baik dari suatu topik dalam pembahasan. Singkatnya adalah menerangkan suatu subyek dengan subyek lain dan berusaha melihat suatu subyek sebagai suatu hal yang lain.

Menurut James C. Snyder, dan Anthony J. Cattanese dalam “Introduction of Architecture”

Metafora memperhatikan pola-pola yang mungkin terjadi dari hubungan-hubungan paralel dengan melihat keabstrakannya, berbeda dengan analogi yang biasanya melihat secara literal.

Menurut Charles Jenks, dalam ”The Language of Post Modern Architecture”

Metafora sebagai kode yang ditangkap pada suatu saat oleh pengamat, yang diperoleh dari suatu obyek dengan mengandalkan obyek lain. Misalnya bagaimana melihat suatu bangunan sebagai suatu yang lain karena adanya unsur yang mirip.

Menurut Geoffrey Broadbent, 1995 dalam buku “Design in Architecture”

Metafora pada arsitektur ialah salah satu metode kreatifitas yang ada pada desain spektrum sang perancang.

Arsitektur Metafora merupakan gaya arsitektur yang mengambil bentuk dari kiasan atau perumpamaan dari sesuatu. Banyak arsitek jaman milenial yang mengambil langgam arsitektur metafora karena lebih mudah mengkomunikasikannya dengan klien. Mengambil konsep dari benda nyata atau nilai yang sudah umum dikenal masyarakat dirasa lebih sederhana dan masuk akal bagi klien.

Baca juga : 10 Tokoh Arsitektur Modern Awal dan Karyanya

Prinsip-prinsip Arsitektur Metafora

Arsitektur Metafora, pada umumnya memiliki karakter layaknya gaya bahasa metafora yaitu perbandingan dan perumpamaan. Karakter tersebut diterjemahkan dalam visual meliputi hal-hal sebagai berikut ini :
  • Berusaha untuk mentransfer suatu keterangan (maksud) dari suatu subjek ke subjek lain.
  • Berusaha untuk melihat suatu subjek seakan-akan subjek tersebut adalah sesuatu hal yang lain.
  • Mengganti fokus penelitian atau area konsentrasi penyelidikan lainnya. Harapannya jika dibandingkan dengan cara pandang yang lebih luas, maka akan dapat menjelaskan subjek tersebut dengan cara yang berbeda (baru).

Jenis-jenis Metafora dalam Arsitektur

Berdasarkan cara perbandingan dan objek yang dijadikan perumpamaan, maka konsep metafora dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu Intangible Metaphor (metafora abstrak), Tangible Metaphors (metafora konkrit) dan Combined Metaphors (metafora kombinasi). Berikut penjelasan masing-masing jenis metafora tersebut :

Intangible Metaphor (metafora abstrak)

Intangible methaphors adalah metafora abstrak yang berangkat dari sesuatu yang abstrak dan tak terlihat (tak berbentuk). Misalnya seperti konsep, ide, hakikat manusia, paham individualisme, naturalisme, komunikasi, tradisi, budaya termasuk nilai religius.

Tangible Metaphors (metafora konkrit)

Tangible methaphors adalah metafora nyata yang berangkat dari bentuk visual serta spesifikasi atau karakter tertentu dari sebuah benda nyata. Benda yang dijadikan acuan biasanya merupakan benda yang memiliki nilai khusus bagi kelompok masyarakat tertentu. Misalnya sebuah rumah dengan metafora buah labu, maka rumah tersebut akan dibuat mirip buah labu.

Combined Metaphors (metafora kombinasi)

Combined methafors adalah metafora kombinasi yang merupakan penggabungan metafora abstrak dan metafora konkrit. Metafora kombinasi membandingkan suatu objek visual dengan benda lain serta mempunyai persamaan nilai konsep dengan objek acuannya. Objek tersebut digunakan sebagai acuan kreativitas dalam perancangan.

Baca juga : Mengenal Gaya Desain Transitional (Gaya Peralihan) dan Contohnya

Tokoh dan Karyanya

Dalam perkembangannya, ada banyak tokoh dan karya arsitektur metafora yang tersebar di seluruh dunia. Berikut adalah penjelasan mengenai beberapa tokoh arsitektur metafora dan karyanya.

Mario Botta dan karyanya The Botta Berg Oase,

Mario Botta dan karyanya The Botta Berg Oase,
Mario Botta dan karyanya The Botta Berg Oase,

The Botta Berg Oase adalah karya arsitek Mario Botta di Arosa-Switzerland. Karya ini menunjukkan metafora tentang hakikat tubuh dan semesta. Bangunan ini berfungsi sebagai Spa center yang terletak di suatu kawasan pegunungan di Switzerland. Di sekelilingnya terdapat hutan pinus dan cemara.

Botta membuat metafora pada bangunannya sehingga terlihat seakan-akan menyatu dengan hutan pinus dan cemara di sekitarnya. Permainan material seperti kaca dan baja diolah menjadi seperti “daun” menjadi suatu bahasa metaforis untuk menjawab sisi manusia tentang “costumer service”. Di tempat itu manusia seperti diberi kesempatan untuk mengenali tubuhnya sendiri, menikmati teknologi dan menikmati alam pegunungan yang menakjubkan.

Daniel Libeskind dan karyanya Jewish Museum

Daniel Libeskind dan karyanya Jewish Museum
Daniel Libeskind dan karyanya Jewish Museum

Jewish Museum di Berlin yang dirancang oleh Daniel Libeskind. Dalam perancangannya, arsitek Daniel Libeskind menekankan filosofi bahwa “Yang terpenting dari segala hal adalah bagaimana Anda mendapatkan pengalaman dari ruang itu sendiri. Ini yang membuat orang berusaha memunculkan segala macam intepretasi.”

Libeskind ingin pengunjung museum ini mendapatkan pengalaman baru layaknya sebuah petualangan. Perjalanan di dalam museum dikiaskan menjadi suatu petualangan yang mengesankan. Filosofi itu ditransformasikan pada konfigurasi ruangan yang berbentuk zig-zag. Ini maksudnya agar pengunjung bisa "tersesat" dan mengalami sensai petualangan yang sama, seperti ketika bangsa Yahudi diusir dan kehilangan arah tujuan saat terjadinya peristiwa Holocaust oleh Nazi Jerman.

Baca juga : Pengertian Arsitektur Vernakular Ciri-ciri dan Contohnya

Ridwan Kamil dan karyanya Museum Tsunami

Ridwan Kamil dan karyanya Museum Tsunami
Ridwan Kamil dan karyanya Museum Tsunami

Konsep besar museum ini yaitu “Rumoh Aceh as a ascape hill”. Ridwan Kamil mengibaratkan museum sebagai rumah panggung yang mampu menyelamatkan para penduduk Aceh bila sewaktu-waktu terjadi Tsunami. Di bagian dalam museum juga menceritakan dan mengajak kita untuk dapat merasakan suasana saat terjadi Tsunami di Aceh.

Di awali pada pintu masuk yang “menekan” perasaan pengunjung dengan ruangan yang sempit dan di dindingnya terdapat air yang mengalir (water wall) sehingga seolah-olah pengunjung dibawa masuk ke dasar laut yang dalam. Lalu masuk ke galeri pertama yang berisi data-data tentang Tsunami. Ruangan ini posisinya di bawah reflecting pool dari public park yang ada pada museum Tsunami ini. Ruangan ini menampilkan kesan suram dimana pengunjung seakan-akan berada benar-benar di dasar laut.

Demikianlah mengenai pengertian arsitektur metafora, pendapat para ahli tentang arsitektur metafora, prinsip dan karakteristik arsitektur metafora, jenis-jenis metafora, tokoh dan contoh karya arsitektur metafora. Semoga bermanfaat dan menambah wawasan bagi pembaca.