Green Architecture menjadi gaya arsitektur yang berkembang pesat seiring adanya isu perubahan iklim dan pemanasan global di berbagai belahan dunia. Green Architecture dianggap sebagai gaya arsitektur yang bisa menjawab isu lingkungan tersebut.  

Selanjutnya pertanyaannya, apakah green architecture ? bagaimana prinsip desainnya ? adakah contoh green architecture ? Berikut akan diulas secara lengkap.

Pengertian Arsitektur hijau

Arsitektur hijau atau yang dikenal secara global dengan sebutan green architecture merupakan salah satu aliran arsitektur yang berfokus pada arsitektur yang ramah lingkungan.   Beberapa poin pentingnya seperti meminimalisasi konsumsi sumber daya alam, efisiensi energi, penggunaan air yang bijak dan berkelanjutan, dan material non polusi serta daur ulang.


Konsep Arsitektur HIjau


Arsitektur hijau juga merupakan suatu pendekatan perencanaan pembangunan yang bertujuan untuk meminimalisasi kerusakan alam dan lingkungan di tempat bangunan itu berdiri.

Dalam istilah arsitektur hijau kemudian berkembang berbagai istilah penting seperti pembangunan yang berkelanjutan atau yang dikenal dengan sustainable development. 

Istilah ini dipopulerkan pada tahun 1987 sebagai pembangunan yang dapat memenuhi kebutuhan orang-orang masa kini tanpa harus mengorbankan sumber daya alam yang harus diwariskan kepada generasi mendatang. Hal ini diucapkan oleh Perdana Menteri Norwegia Bruntland.

Prinsip Arsitektur Hijau

Pada tahun 1994 the one arsitektur hijau Amerika atau U.S. Green building Council  mengeluarkan sebuah standar yang bernama Leadership in Energy and Environmental Design (LEED) standards.  Adapun Dasar kualifikasinya adalah sebagai berikut :

1. Pembangunan yang berkelanjutan 

Diusahakan menggunakan kembali bangunan yang ada dan dengan pelestarian lingkungan sekitar.  Tersedianya tempat penampungan tanah, Taman diatas atap, penanaman pohon sekitar bangunan juga dianjurkan. 

Pembangunan yang berkelanjutan memperhatikan sisi dampak lingkungan akibat dari berdirinya bangunan tersebut dan penanggulangan terhadap dampak negatif yang terjadi. 

2. Pelestarian sumber daya air 

Dilakukan dengan berbagai cara termasuk diantaranya pembersihan dan daur ulang air bekas serta pemasangan bangunan penampung air hujan.  Selain itu penggunaan dan persediaan air harus juga di pantai secara berkelanjutan. 

3. Peningkatan efisiensi energi bangunan

Dapat dilakukan dengan berbagai cara misalnya  membuat layout dengan orientasi bangunan yang mampu beradaptasi dengan perubahan musim terutama posisi matahari.

4. Bahan bangunan terbarukan

Material terbaik untuk arsitektur hijau adalah usahakan menggunakan bahan daur ulang atau bisa juga dengan menggunakan bahan terbarukan sehingga membutuhkan sedikit energi untuk diproduksi. 

Bahan bangunan ini idealnya adalah bahan bangunan lokal dan bebas dari bahan kimia berbahaya.  Sifat bahan bangunan yang baik dalam arsitektur hijau adalah bahan mentah tanpa polusi yang dapat bertahan lama dan juga bisa didaur ulang kembali.

Pada bangunan bergaya green architecture banyak dijumpai penggunaan bahan bangunan seperti box kontainer bekas, kayu palet, kayu bekas kapal, besi daur ulang, jendela bekas atau bahan-bahan terbarikan seperti bambu, kayu yang dibudidayakan. 

Baca juga :  Langgam Arsitektur Organik dan Contohnya

5. Kualitas lingkungan dan ruangan

Dalam ruangan diperhatikan hal-hal yang mempengaruhi bagaimana pengguna merasa dalam sebuah ruangan itu. 

Hal ini seperti penilaian terhadap kenyamanan dalam sebuah ruang yang meliputi ventilasi, pengendalian suhu, dan penggunaan bahan yang tidak mengeluarkan gas beracun.

Sementara Brenda dan Robert Vale, 1991, Green Architecture Design fo Sustainable Future mengungkapkan bahwa Arsitektur Hijau memiliki kriteria sebagai berikut :

1. Conserving Energy (Hemat Energi)

Sungguh sangat ideal apabila menjalankan secara operasional suatu bangunan dengan sedikit mungkin menggunakan sumber energi yang langka atau membutuhkan waktu yang lama untuk menghasilkannya kembali.

Solusi yang dapat mengatasinya adalah desain bangunan harus mampu memodifikasi iklim dan dibuat beradaptasi dengan lingkungan bukan merubah lingkungan yang sudah ada. 

Lebih jelasnya dengan memanfaatkan potensi matahari sebagai sumber energi. Cara mendesain bangunan agar hemat energi, antara lain:

  • Banguanan dibuat memanjang dan tipis untuk memaksimalkan pencahayaan dan menghemat energi listrik.
  • Memanfaatkan energi matahari yang terpancar dalam bentuk energi thermal sebagai sumber listrik dengan menggunakan alat Photovoltaic yang diletakkan di atas atap. Sedangkan atap dibuat miring dari atas ke bawah menuju dinding timur-barat atau sejalur dengan arah peredaran matahari untuk mendapatkan sinar matahari yang maksimal.
  • Memasang lampu listrik hanya pada bagian yang intensitasnya rendah. Selain itu juga menggunakan alat kontrol penguranganintensitas lampu otomatis sehingga lampu hanya memancarkan cahaya sebanyak yang dibutuhkan sampai tingkat terang tertentu.
  • Menggunakan Sunscreen pada jendela yang secara otomatis dapat mengatur intensitas cahaya dan energi panas yang berlebihan masuk ke dalam ruangan.
  • Mengecat interior bangunan dengan warna cerah tapi tidak menyilaukan, yang bertujuan untuk meningkatkan intensitas cahaya.
  • Bangunan tidak menggunkan pemanas buatan, semua pemanas dihasilkan oleh penghuni dan cahaya matahari yang masuk melalui lubang ventilasi.
  • Meminimalkan penggunaan energi untuk alat pendingin (AC) dan lift.

2. Working with Climate (Memanfaatkan kondisi dan sumber energi alami)

Melalui pendekatan green architecture bangunan beradaptasi dengan lingkungannya. Hal ini dilakukan dengan memanfaatkan kondisi alam, iklim dan lingkungannya sekitar ke dalam bentuk serta pengoperasian bangunan, misalnya dengan cara:

  • Orientasi bangunan terhadap sinar matahari.
  • Menggunakan sistem air pump dan cros ventilation untuk mendistribusikan udara yang bersih dan sejuk ke dalam ruangan.
  • Menggunakan tumbuhan dan air sebagai pengatur iklim. Misalnya dengan membuat kolam air di sekitar bangunan.
  • Menggunakan jendela dan atap yang sebagian bisa dibuka dan ditutup untuk mendapatkan cahaya dan penghawaan yang sesuai kebutuhan.

3. Respect for Site (Menanggapi keadaan tapak pada bangunan)

Perencanaan mengacu pada interaksi antara bangunan dan tapaknya. Hal ini dimaksudkan keberadan bangunan baik dari segi konstruksi, bentuk dan pengoperasiannya tidak merusak lingkungan sekitar, dengan cara sebagai berikut.

  • Mempertahankan kondisi tapak dengan membuat desain yang mengikuti bentuk tapak yang ada.
  • Luas permukaan dasar bangunan yang kecil, yaitu pertimbangan mendesain bangunan secara vertikal.
  • Menggunakan material lokal dan material yang tidak merusak lingkungan.

4. Respect for User (Memperhatikan pengguna bangunan)

Antara pemakai dan green architecture mempunyai keterkaitan yang sangat erat. Kebutuhan akan green architecture harus memperhatikan kondisi pemakai yang didirikan di dalam perencanaan dan pengoperasiannya.

5. Limitting New Resources (Meminimalkan Sumber Daya Baru)

Suatu bangunan seharusnya dirancang mengoptimalkan material yang ada dengan meminimalkan penggunaan material baru, dimana pada akhir umur bangunan dapat digunakan kembali unutk membentuk tatanan arsitektur lainnya.

6. Holistic

Memiliki pengertian mendesain bangunan dengan menerapkan 5 poin di atas menjadi satu dalam proses perancangan. Prinsip-prinsip green architecture pada dasarnya tidak dapat dipisahkan, karena saling berhubungan satu sama lain.

Tentu secara parsial akan lebih mudah menerapkan prinsip-prinsip tersebut. Oleh karena itu, sebanyak mungkin dapat mengaplikasikan green architecture yang ada secara keseluruhan sesuai potensi yang ada di dalam site.

Sumber Energi Alternatif

Bayar bangunan yang menggunakan sumber energi regional seperti jaringan listrik PLN.  Namun Alangkah baiknya apabila sebuah bangunan dapat memenuhi kebutuhan energinya sendiri tanpa harus bergantung kepada sumber energi regional tersebut.

Salah satu caranya adalah dengan menggunakan sumber energi alternatif seperti misalnya angin dan tenaga surya.  Kedua energi ini adalah sumber energi yang sejatinya sangat melimpah di alam dan cukup mudah dikonversi menjadi energi.

Arsitektur hijau di rumah

Penerapan arsitektur hijau yang paling mungkin dan mudah adalah pada bangunan hunian seperti rumah.  Cara yang sederhana adalah pada desain yang dapat memadukan ruang luar dan ruang dalam. 

Misalnya ruang keluarga atau ruang makan yang dihubungkan dengan taman belakang.  Selain dapat meningkatkan estetika hal ini juga dapat menambah efisiensi energi serta mengurangi kesan bangunan yang jenuh.

Contoh Rumah dengan Arsitektur Hijau

Arsitektur hijau menekankan bahwa dekorasi dan perabotan di dalam sebuah rumah tidak perlu berlebihan.  Hal ini juga dimaksudkan hal ini juga dimaksudkan untuk mengurangi penggunaan bahan-bahan furniture yang tidak diperlukan. 

Untuk mendukung prinsip green tersebut, juga dipilih peralatan sanitair yang lebih baik, Dapur yang bersih, desain hemat energi, pengolahan air yang benar,  luas dan jumlah ruang yang sesuai kebutuhan,  serta ketersediaan ruang hijau pada areal bangunan.

Baca juga :  Pengertian Arsitektur Vernakular Ciri-ciri dan Contohnya

Contoh Arsitektur Hijau

Hingga saat ini telah banyak bangunan yang menggunakan prinsip arsitektur hijau terutama di negara-negara maju. Kali ini kita mengambil contoh sebuah universitas di Singapura.

Nanyang Technological University Singapura

Berkat adanya dukungan dari pemerintah, bangunan-bangunan yang bergaya arsitektur hijau di Singapura bisa semakin bertambah,  salah satunya yang cukup menarik adalah Nanyang technological University yang ada di  pusat kota Singapura. 

Nanyang Technological University Singapura

Bangunan ini menggunakan Fasad kaca yang dapat mengurangi dampak buruk radiasi dan panas matahari sehingga suhu ruangan terjaga namun tidak mengurangi natural view dan pencahayaan yang efektif pada bangunan.


Site Plan

Bangunan ini juga terkenal karena adanya Green roof yang melengkung di atas bangunan yang berfungsi sebagai ruang terbuka hijau.  Ruang ini difungsikan sebagai tempat berkumpul yang indah di tengah suasana kota yang padat. 


Adaptasi dengan lingkungan sekitar

Tidak hanya itu, atap ini juga berfungsi sebagai insulasi termal dan penangkap air hujan yang kemudian digunakan untuk irigasi di area lankap bangunan. 

Secara desain rumput yang ditanam pada atap juga menjadi bentuk penyesuaian pola yang menyatu dengan lingkungan sekitar.

Perspektif

Demikian tentang arsitektur hijau, kita  berharap aliran desain seperti ini lebih banyak berkembang sehingga mengurangi polusi Metropolitan serta menyelamatkan alam dari kerusakan.