Indonesia adalah sebuah negara dengan ribuan peninggalan bersejarah. Sebelum merdeka dan menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia, wilayah ini merupakan daerah yang terdiri dari beberapa kerajaan dengan banyak Istana Kerajaan indah yang masih berdiri meskipun usianya sudah ratusan tahun. Setiap istana memiliki ciri khas arsitektur yang unik dan tiada duanya.

Kini, Anda bisa mengunjunginya sebagai tujuan wisata Anda. Beberapa istana ini masih digunakan sampai sekarang dan beberapa telah digunakan sebagai museum oleh pemerintah setempat atau keluarga keturunan raja yang berhak atas istana tersebut. Berikut adalah daftar istana kerajaan di Indonesia yang masih ada sampai sekarang.

01 Istana Kerajaan Ngayogyakarta Hadiningrat, Yogyakarta

Istana Kerajaan Ngayogyakarta Hadiningrat, Yogyakarta
Istana Kerajaan Ngayogyakarta Hadiningrat, Yogyakarta

Istana Ngayogyakarta Hadiningrat adalah istana resmi Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat yang masih digunakan sampai sekarang sebagai tempat tinggal Sultan bersama keluarganya. Istana megah yang terletak di kota Yogyakarta ini adalah salah satu istana termegah di Indonesia.

Istana Yogyakarta didirikan oleh Sultan Hamengkubuwono I beberapa bulan setelah Perjanjian Giyanti pada 1755. Lokasi istana ini dikatakan merupakan bekas benteng yang disebut Garjitawati. Wisma ini digunakan sebagai tempat peristirahatan bagi sisa-sisa raja Mataram (Kartasura dan Surakarta) yang akan dimakamkan di Imogiri.

Sementara vesri lainnya mengatakan lokasi istana adalah mata air, Panji Pacethokan berada di tengah Hutan Beringan. Sebelum menempatkan Kraton Yogyakarta, Sultan Hamengkubuwono saya tinggal di Pesanggrahan Ambar Ketawang yang sekarang termasuk dalam Distrik Gamping, Kabupaten Sleman.

02 Istana Kerajaan Surakarta Hadiningrat

Keraton Surakarta atau Istana Surakarta Hadiningrat adalah istana kesultanan Surakarta yang didirikan oleh Susuhunan Pakubuwono II pada tahun 1744 sebagai pengganti istana atau istana Kertasura yang dihancurkan oleh Geger Pecinan pada tahun 1743. Keraton Surakarta adalah salah satu istana termegah pada masanya. . Salah satu arsitek istana ini adalah Pangeran Mangkubumi (kemudian gelar Sultan Hamengkubuwono I) yang juga menjadi arsitek utama Istana Ngayogyakarta Hadiningrat.

Sebagian besar Istana Surakarta berwarna putih dan biru dengan arsitektur gaya campuran Jawa-Eropa. Saat ini Kraton Surakarta merupakan salah satu daya tarik Kota Solo. Sebagian besar kompleks istana digunakan sebagai museum yang menyimpan berbagai koleksi milik Kasunanan termasuk berbagai hadiah dari raja-raja Eropa, replika pusaka istana dan gamelan. Dari segi bangunannya, Keraton Surakarta adalah salah satu contoh terbaik dan termegah dari arsitektur istana tradisional Jawa di Jawa.

03 Istana Maimun Medan, Sumatera Utara

Istana Maimun adalah istana yang diwarisi dari Sultan Deli, Makmun Al Rasyid Perkasa Alamsyah yang merupakan putra tertua pendiri Kota Medan, Sultan Mahmud Perkasa Alam. Istana yang dibangun pada tahun 1888 ini dirancang oleh seorang arsitek dari Italia.

Istana seluas 2.772 meter persegi ini memiliki 30 kamar dengan desain unik yang mewarisi unsur-unsur budaya Melayu dalam gaya Islam, Spanyol, India, dan Belanda. Pengaruh arsitektur Belanda terlihat dalam bentuk candi dan jendela yang lebar dan tinggi tetapi ada juga beberapa pintu yang menunjukkan pengaruh dari Spanyol. Pengaruh Islam adalah dengan adanya busur atap dengan ketinggian sekitar 5-8 meter. Bentuk lengkungan ini sangat populer di Timur Tengah, India dan Turki pada saat itu.

04 Istano Baso, Tanah Datar, Sumatra Barat

Istano Baso juga dikenal sebagai Istana Pagaruyung yang terletak di Kabupaten Tanjung Emas, Kota Batusangkar, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Istana ini sebenarnya adalah replika asli dari istana yang terletak di atas Bukit Batu Patah dan terbakar dalam peristiwa berdarah yang terjadi pada 1804. Istana ini kemudian dibangun kembali tetapi terbakar lagi pada tahun 1966 karena petir yang melanda bagian atas istana.

Proses pembangunan kembali Istano Baso dilakukan dengan menempatkan Tunggak Tuo (Kutub Utama) pada tanggal 27 Desember 1976 oleh Gubernur Sumatera Barat pada waktu itu, Bpk. Harun Zein. Bangunan baru itu tidak didirikan dalam lokasi lama tetapi di lokasi baru di selatan Istano Baso yang terbakar.

05 Rumah Istana Sumbawa

Rumah Istana Sumbawa atau Istana Dalam Loka adalah istana kerajaan paling indah dari peninggalan sejarah dari kerajaan yang terletak di kota Sumbawa Besar. Di Loka dibangun pada tahun 1885 oleh Sultan Muhammad Jalalludin III (1883-1931) untuk menggantikan bangunan istana yang telah dibangun di atas tanah sebelumnya karena sudah lapuk dimakan usia dan beberapa bahkan telah dibakar. Istana tersebut termasuk Istana Bala Balong, Istana Bala Sawo dan Istana Gunung Setia.

Istana Dalam Loka memiliki luas sekitar 696,98 meter persegi dengan 2 bangunan kembar yang ditopang oleh 98 tiang kayu jati dan 1 tiang pendek (tiang guru) yang terbuat dari pohon cabai. Jumlah keseluruhan rangka adalah 99 pilar yang melambangkan sifat Allah SWT (Asmaul Husna).

06 Keraton Kasepuhan Cirebon, Jawa Tengah

Istana Kesepuhan Cirebon yang didirikan pada tahun 1452 oleh Pangeran Cakrabuana yang merupakan salah satu Istana Kerajaan yang paling indah di Cirebon. Makna di setiap sudut istana bahkan merupakan arsitektur paling bersejarah. Halaman depan Istana Kasepuhan Cirebon dikelilingi oleh dinding bata merah dan ada sebuah paviliun di dalamnya.

Terdapat museum yang cukup lengkap, berisi benda pusaka dan lukisan koleksi kerajaan. Salah satu koleksi yang sakral adalah Kereta Lion Barong yang merupakan Kereta Sunan Gunung Jati Kencana. Saat ini kereta tidak lagi digunakan, tetapi setiap tanggal 1 Syawal kereta ini dikeluarkan untuk pembersihan. Bagian dalam Istana Kasepuhan Cirebon terdiri dari bangunan utama berwarna putih di mana ada ruang tamu, ruang tidur dan singgasana raja yang memiliki sembilan kain berwarna di latar belakang yang melambangkan sosok Walisongo.

07 Istana Ismahayana Landak, Kalimantan Barat

Istana yang dimiliki oleh Kerajaan Ismahayana dibangun pada masa pemerintahan raja ke-7, Abisekha Ratu Brawijaya Angkawijaya (Ratu Sang Nata Pulang Pali VII). Dia adalah raja terakhir di kerajaan Ningrat Batur.

Kompleks istana ini mencakup Istana Landak (Istana Ilir), tempat Permasuri (Istana Ulu) dan kediaman Neang Raja (Rumah Sultan). Istana mulai dipulihkan dan direnovasi lagi sekitar tahun 1950-an dan 1960-an setelah kebakaran yang menyebabkan kerusakan pada beberapa bagian istana.

08 Istana Kerajaan Singaraja

Istana Kerajaan Singaraja atau sering disebut Puri Agung Singaraja atau Puri Gede dibangun oleh raja pertama Kerajaan Den Bukit, Ki Gusti Anglurah Pandji Sakti pada 30 Maret 1604. Beliau adalah putra Dalem Sagening, Raja Bali Dwipa yang tinggal di Gelgel Puri, Klungkung.

Raja Ki Gusti Anglurah Pandji Sakti kemudian membangun istana barunya sekitar 5 kilometer tenggara Desa Panji, yang dinamai Sukasada pada 30 Maret 1604. Kemudian ia membangun kastil ketiganya di Gembal Cornfield sekitar 1,5 kilometer utara Sukasada, yang juga bernama Singaraja. dikenal sebagai Puri Buleleng dan dikembangkan oleh cucunya Ki Gusti Anglurah Pandji Bali. Puri Singaraja adalah cikal bakal kota yang sekarang dikenal dengan Ibukota Kabupaten Buleleng.

09 Istana Siak Sri Inderapura, Riau

Istana Siak Sri Inderapura adalah kediaman resmi Sultan Siak yang dibangun pada tahun 1889 pada masa pemerintahan Sultan Syari Hasyim. Istana yang selesai dibangun pada tahun 1893 adalah peninggalan Kesultanan Siak Sri Inderapura, sebuah Kerajaan Islam Melayu yang pernah berdiri di Indonesia, yang pada waktu itu muncul sebagai kerajaan maritim yang kuat dan menjadi kekuatan yang diperhitungkan di pantai timur Sumatra dan Semenanjung Melayu.

Istana yang dijuluki "Istana Matahari Timur" ini terletak di Kabupaten Siak. Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, Sultan Siak terakhir, Sultan Syarif Kasim II menyatakan kerajaannya untuk bergabung dengan Republik Indonesia.

10 Istana Kerajaan Kuto Lamo

Istana Kuto Lamo dibangun oleh Sri Paduka Sultan Mahmud Badaruddin Jayo. Wikramo bin Sultan Muhammad Mansyur Jayo Inglago adalah salah satu Istana Kerajaan Terindah di Indonesia yang masih berdiri kokoh hingga saat ini. Istana ini digunakan oleh para sultan Palembang Darussalam sebelum pembangunan Istana Kuto Anyar di Benteng Besak Kuto Anyer. Selanjutnya, Kuto Kecik dibongkar oleh Pemerintah Kolonial Belanda dan dibangun di Rumah Residen Belanda.

Istana Kuto Lamo saat ini digunakan sebagai Museum Sultan Mahmud Badaruddin II dan Monumen Perjuangan Rakyat (MONPERA) di Sumatra Selatan selama Lima Hari Lima Malam Revolusi Fisik (1 Januari - 5 Januari 1947).

Itulah daftar istana kerajaan di Indonesia yang masih tersisa dan dilestarikan dengan baik hingga saat ini. Semoga masyarakat Indonesia lebih konservatif terhadap peninggalan sejarah sehingga istana-istana ini masih bisa eksis hingga abad mendatang sebagai salah satu peninggalan arsitektur kerajaan-kerajaan di Indonesia pada masa lampau.