Jendela dan pintu adalah aspek penting dari setiap desain rumah. Keduanya diperlukan untuk koneksi fisik dan visual antara rumah dengan lingkungan sekitar, tetapi adanya interaksi ini juga menimbulkan keuntungan dan kerugian karena panas matahari yang tidak bisa dikontrol.

Banyak pertanyaan yang mungkin muncul diantara pemilik dan perancang rumah tentang seberapa lebar bukaan jendela yang baik untuk sebuah ruangan di rumah. Dalam hal ini, banyak ahli menyarankan untuk menggunakan perbandingan atau rasio luas jendela dengan luas lantai.

Rasio jendela ke luas lantai memberikan aturan praktis yang dapat digunakan untuk menentukan area jendela optimal sesuai dengan luas lantai kamar atau ruangan. Seperti semua aturan praktis lainnya, hal ini hanya boleh digunakan sebagai titik awal untuk suatu desain dan harus didukung oleh seorang desainer yang terampil serta pemodelan layoutnya sehingga tidak mengabaikan sisi estetika bangunan. Pedoman ini akan membantu kita menjelaskan kompleksitas interaksi termal dalam sebuah bangunan.

Di rumah tipe apa pun, jenis jendela, area, orientasi dan naungan harus dipertimbangkan bersama agar secara efektif dapat mengontrol masuk dan keluarnya panas pada suatu bangunan. Rasio akan tergantung pada peluang situs dan iklim di mana lokasi bangunan berada dan harus disesuaikan lebih lanjut dengan metode konstruksi yang digunakan. Di daerah beriklim tropis seperti di Indonesia mungkin tidak memerlukan jendela yang terlalu besar karena penyinaran matahari sudah terlalu banyak.

Rasio Luas Jendela dengan Luas Lantai

Rasio Luas Jendela dengan Luas Lantai
Rasio Luas Jendela dengan Luas Lantai

Sebagai panduan umum, total area jendela sebaiknya kurang dari 25% dari total luas lantai ruangan. Sebagian besar jendela harus terletak di utara karena posisinya menghadap matahari dengan arah yang baik dan paling mudah dikelola. Rumah harus mengurangi jendela pada fasad timur dan barat. Jendela di bagian selatan dapat membantu mendorong ventilasi yang baik dan dapat menjadi sumber untuk melepaskan panas. Keduanya dapat membentuk cross ventilation.

Sebuah Hasil Penelitian

Jenis kaca, pembingkaian, bukaan dan segel yang digunakan di jendela dan pintu akan memiliki dampak besar pada efektivitasnya. Studi pencahayaan siang hari pada bangunan adalah aspek kunci dari analisis lingkungan, dan dapat dilakukan selama tahap awal desain untuk memastikan desain bangunan yang responsif terhadap lingkungan.

Sebuah Studi di Universitas Malaysia menyatakan bahwa kamar-kamar harus dilengkapi dengan pencahayaan alami dan ventilasi alami melalui satu atau lebih jendela dengan luas total tidak kurang dari 10% dari luas lantai ruangan. Persyaratan ini digambarkan oleh rasio area jendela ke lantai atau Windows Floor Ration (WFR).

Ada hubungan langsung yang kuat antara WFR dan tingkat iluminasi alami (dalam hal% DF). Dalam kasus rumah, WFR kurang dari 10% ditemukan untuk memberikan tingkat cahaya siang yang cukup di kamar-kamar biasa (seperti kamar tidur), sedangkan WFR lebih dari 25% dapat menyebabkan kamar menjadi terlalu terang.

Jadi kesimpulannya kita bisa menggunakan WFR dengan luas bukaan jendela diantara 10% - 25% dari luas lantai untuk mendapatkan pencahayaan alami yang optimal.

Contoh Penerapan :

Misalnya kita memiliki kamar tidur dengan dimensi 3 m x3 m sehingga luas lantainya menjadi 9 m2. Bukaan jendela yang efektif untuk kamar ini berkisar antara 10% - 25%. Kita bisa mengambil di angka 20% sehingga luas bukaan jendela adalah 20% x 9 m2 = 1,8 m2. Jadi ukuran luas 1,8 m2 bisa kita pecah menjadi beberapa unit jendela misalnya ada 2 buah jendela dengan ukuran 0,6 m x 1,5 m. Pembagian tersebut disesuaikan dengan estetika bangunan.


Referensi :
https://www.researchgate.net/publication/308393108_Relationship_between_Window-to-Floor_Area_Ratio_and_Single-Point_Daylight_Factor_in_Varied_Residential_Rooms_in_Malaysia/download
https://renew.org.au/sanctuary-magazine/ideas-advice/window-ratio-to-floor-area-advice/