Masuknya Arsitektur Majapahit di Bali

Pada massa sebelum kedatangan Majapahit, seluruh penduduk Bali saat itu disebut dengan Bali Asli. Barulah sekitar tahun 158 Masehi datanglah Maharesi Markendhya (sekte Waisnawa) ke Bali dan menyebarkan ajaran Hindu di Bali.

Kemudian penduduk yang datang bersama dengan Maharesi Markandya disebut dengan Bali Jawa. Maharesi kemudian lebih banyak datang ke gunung-gunung sehingga masyarakat Bali Jawa yang ada di gunung waktu itu disebut dengan penduduk Bali Aga , karena Aga ternyata memiliki arti gunung.

Candi Bajang Ratu
Candi Bajang Ratu - waktuku.com

Kemudian pada Tahun 1343, terjadi hubungan ’bilateral’ antara Majapahit dengan Dalem Kresna Kepakisan yang bertahta di Gelgel (Klungkung). Majapahit kemudian menjadi ‘model’ modernisasi dalam segala bidang pada masa pemerintahan Dalem Kresna Kepakisan tersebut. (Gantini, 2008).

Hubungan bilateral ini ternyata berpengaruh pada arsitektur di Bali atau dengan terjadi peniruan besar-besaran akibat model ‘modernisasi’ Majapahit oleh seluruh kerajaan Gelgel mengikuti arsitektur yang dibawa oleh Majapahit.

Pura dasar bhuana gelgel
Pura dasar bhuana gelgel - purahindu.wordpress.com


Sebagai contohnya yaitu penerapan asta kosala-kosali pada hampir seluruh lingkungan permukiman Bali. Kelak dikemudian hari rupa-rupanya dampak ini terasakan sampai sekarang, yaitu membentuk wajah arsitektur Bali yang hampir “homogen” yang begitu mendominasi hampir diseluruh Bali.

Setelah Majapahit berhasil menaklukan Bali, maka pengaruh arsitekturnya terasa semakin dominan, Ajaran agama pada saat itu sangat mempengaruhi keragaman arsitektur di Bali. Namun meskipun mendominasi, sepertinya pengaruh Majapahit tidak serta merta memakan kearifan lokal Bali dan terbukti beberapa kearifan lokal masih diterima dan dibiarkan berkembang.


Arsitektur Pura di Bali

Jika kita ingin menelisik lebih dalam tentang Arsitektur Bali, maka yang pertama harus dipelajari adalah Arsitektur Pura di Bali yang menjadi kiblat semua karya arsitektur lainnya di Bali. Hal tersebut karena adanya pakem yang mengikat dalam pembangunan Pura-pura di Bali. Pakem inilah yang menjadi ciri khas kearifan lokal yang bertahan hingga saat ini.

Sementara untuk tampilan dan dekorasi Arsitektur Bali yang khas mengacu pada beberapa filosofi yang muaranya ada pada Konsep Agama Hindu Bali yang dianut masyarakat Bali. Dalam tipologi bangunan di Bali suatu ornamen tidak boleh ditempatkan sembarangan. Lahirnya ragam hias style Bali ini telah dipengaruhi oleh hasil Akulturasi tradisi Hindu Majapahit yang berkembang di Bali dan berhubungan dengan sejarah masyarakat Bali itu sendiri.

Arsitektur Pura di Bali
Arsitektur Pura di Bali - wikipedia


Bali memiliki local wisdom atau kearifan lokal dan mampu mempertahankan karakter Arsitekturnya hingga sekarang. Dalam hal ini, Ada hubungan erat antara Arsitektur dan Tradisi masyarakat Bali itu sendiri. Hal ini membuktikan bahwa Arsitektur tidak hanya sebagai wadah sebuah aktivitas manusia, namun juga sebagai identitas diri masyarakatnya.

Indonesia mulai melihat sejarahnya, sepertinya daerah lain juga mulai melirik Arsitektur Tradisionalnya seperti Rumah Gadang di Sumatra dan Rumah Joglo di Jawa. Alih-alih mengagumi arsitektur modern, Arsitektur tradisional merupakan sebuah pilihan yang menarik.

Referensi :