Detail Kolom Beton
Detail Kolom Beton


Kolom merupakan struktur utama bangunan yang berfungsi untuk menyalurkan beban dari bagian atas bangunan ke pondasi. Kolom beton harus dibuat sesuai dengan perhitungan struktur dan sudah memperhitungkan semua beban yang akan bekerja pada bangunan. 

Berikut adalah hal-hal detail yang perlu diperhatikan dalam merancang dan membuat kolom dari beton bertulang, antara lain :

1. Ukuran penampang kolom

Untuk kolom yang memikul gempa, ukuran kolom beton bertulang yang terkecil tidak boleh kurang dari 300 mm. Perbandingan dimensi kolom yang terkecil terhadap arah tegak lurusnya tidak boleh kurang dari 0.4.

Misalnya sebuah kolom persegi dengan ukuran terkecil 300mm, maka ukuran arah tegak lurusnya harus tidak lebih dari 300/ 0.4 = 750 mm.

2. Rasio tulangan

Rasio Tulangan pada kolom beton tidak boleh kurang dari 0.01 (1%) dan tidak boleh lebih dari 0.08 (8%). Sementara untuk kolom pemikul gempa, rasio maksiumumnya adalah 6%. Kadang di dalam prakteknya, tulangan terpasang kurang dari minimum, misalnya 4D13 untuk kolom ukuran 250 × 250 (rasio 0.85%).

Asalkan beban maksimumnya berada jauh di bawah kapasitas penampang sih, oke-oke saja. Tapi kalau memang itu kondisinya, mengubah ukuran kolom menjadi 200×200 dengan 4D13 (r = 1.33%) kami rasa lebih ekonomis. Yang penting semua persyaratan kekuatan dan kenyamanan masih terpenuhi.

3. Tebal selimut beton

Tebal selimut kolom beton adalah 40 mm. Toleransi 10 mm untuk d sama dengan 200 mm atau lebih kecil, dan toleransi 12 mm untuk d lebih besar dari 200 mm. d adalah jarak antara serat terluar beton yang mengalami tekan terhadap titik pusat tulangan yang mengalami tarik.

Misalnya kolom ukuran 300 x 300 mm, tebal selimut (ke titik berat tulangan utama) adalah 50 mm, maka d = 300-50 = 250 mm.

Catatan :
- Toleransi 10 mm artinya selimut beton boleh berkurang sejauh 10 atau 12 mm akibat pergeseran tulangan sewaktu pemasangan besi tulangan. Tetapi toleransi tersebut tidak boleh sengaja dilakukan, misanya dengan memasang “tahu beton” untuk selimut setebal 30 mm.

- Adukan plesteran dan finishing tidak termasuk selimut beton, karena adukan dan finishing tersebut sewaktu-waktu dapat dengan mudah keropos baik disengaja atau tidak disengaja.

4. Pipa, saluran, atau selubung dalam beton

Pipa, saluran, atau selubung yang tidak berbahaya bagi beton (tidak reaktif) boleh ditanam di dalam kolom, asalkan luasnya tidak lebih dari 4% luas bersih penampang kolom, dan pipa/ saluran/ selubung tersebut harus ditanam di dalam inti beton (di dalam sengkang/ties/begel), bukan di selimut beton.

Pipa aluminium tidak boleh ditanam, kecuali diberi lapisan pelindung. Aluminium dapat bereaksi dengan material beton dan besi tulangan dan dapat mempengaruhi kekuatan beton itu sendiri.

5. Spasi (jarak bersih) antar tulangan 

Jarak sepanjang sisi sengkang tidak boleh lebih dari 150 mm. Kolom beton bertulang yang memiliki sengkang yang terlalu renggang dapat mengakibatkan keruntuhan serentak ketika diberikan beban di atasnya.

Jarak sengkang yang sering direkomendasikan pada kolom adalah 120 mm - 150 mm tergantung perhitungan struktur yang melandasinya. Namun semakin rapat sengkang semakin baik, hanya saja harga kolom akan menjadi lebih mahal.

6. Sengkang/ ties/ begel

Adalah elemen penting pada kolom terutama pada daerah pertemuan balok- kolom dalam menahan beban gempa. Pemasangan sengkang harus benar- benar sesuai dengan yang disyaratkan oleh SNI. Selain itu, pedoman dalam membuat sengkang juga bisa dilihat dalam Peraturan Beton Indonesia (PBI, 1971) untuk lebih jelasnya.

Selain menahan gaya geser, sengkang juga berguna untuk menahan/ megikat tulangan utama dan inti beton tidak “berhamburan” sewaktu menerima gaya aksial yang sangat besar ketika gempa terjadi, sehingga kolom dapat mengembangkan tahanannya hingga batas maksimal (misalnya tulangan mulai leleh atau beton mencapai tegangan 0.85fc’)

7. Transfer beban aksial dan Mutu beton

Pada struktur lantai yang mutunya berbeda.Pada high-rise building, kadang kita mendesain kolom dan pelat lantai dengan mutu beton yang berbeda. Misalnya pelat lantai menggunakan fc’25 MPa, dan kolom fc’40 MPa. Pada saat pelaksanaan (pengecoran lantai), bagian kolom yang berpotongan dengan lantai tentu akan dicor sesuai mutu beton pelat lantai (25 MPa).

Daerah berpotongan ini harus dicek terhadap beban aksial di atasnya. Tidak jarang di daerah ini diperlukan tambahan tulangan untuk mengakomodiasi kekuatan akibat mutu beton yang berbeda.

Demikianlah mengenai hal-hal detail yang perlu diperhatikan dalam membuat kolom beton bertulang pada struktur bangunan,  semoga artikel ini dapat bermanfaat dan dapat menambah wawasan sahabat semuanya.