Sebuah ruang terdiri dari 3 elemen utama yaitu elemen bawah, atas dan samping. Ketiga ruang ini harus ada untuk membentuk ruang. Keberadaan elemen atas menjadi pembeda antara ruang dalam dan ruang luar. Dalam artikel ini akan dibahas 3 Elemen Penyusun Ruang yang Utama dalam Arsitektur.

Pengertian Elemen Penyusun Ruang

Elemen Penyusun Ruang dalam Arsitektur
Elemen Penyusun Ruang dalam Arsitektur

Elemen penyusun ruang merupakan komponen-komponen yang melekat dan menjadi satu dengan ruang dan berfungsi membatasi ruangan tersebut sekaligus menandakan batas masuk/keluar ruangan tersebut.Elemen penyusun ruang tidak hanya berupa komponen padat (solid) tetapi juga bisa berupa rongga-rongga (void).

Baca juga : Ritme dalam Desain Arsitektur dan Contohnya

1. Elemen horizontal bawah

Elemen horizontal bawah merupakan elemen yang mutlak harus ada (karena kita berada di bumi harus berpijak pada sesuatu), sementara elemen lain tidak harus ada.Elemen horizontal bawah dapat membentuk suatu ruang dengan adanya perbedaan warna/material/tekstur/pola lantai dan sebagainya.

Tikar digelar membentuk elemen ruang bawah

Sebagai contoh, sebuah tikar yang tergelar sudah dapat membentuk ruang karena warna dan material serta teksturnya yang berbeda dengan sekitarnya.Selain itu elemen horizontal bawah juga dapat pariasikan dengan dinaikkan atau ditenggelamkan. Semakin banyak beda ketinggian elemen horizontal bawah dengan sekitarnya, maka kesan keterpisahan ruangnya semakin kuat.

Dalam sebuah ruangan, yang menjadi elemen horisontal bawah adalah lantai. Ada banyak material yang bisa digunakan sebagai penutup lantai seperti misalnya lantai kayu, keramik, semen, tegel dan lainnya, simak selengkapnya di : Pengertian Bahan Penutup Lantai dan Jenisnya

2. Elemen horizontal atas

Daun-daunan pepohonan dapat menjadi elemen ruang atas

Elemen horizontal atas dapat berupa langit-langit, atap atau apapun yang membatasi ruang di bagian atas.Sama dengan elemen horizontal bawah, elemen ini dapat pariasikan dengan warna, tekstur, material, pola-pola dan sebagainya.elemen ini juga dapat pariasikan ketinggiannya.

Selain itu, kita juga dapat memvariasikan dengan permainan solid-void, opak-transparan (hal ini susah diterapkan pada elemen horizontal bawah). Variasi yang didapatkan tak terhingga banyaknya. Bahkan dedaunan sebuah pohon pun sudah dapat menjadi elemen horizontal atas (dan bayangannya menjadi elemen horizontal bawah).

Baca juga : Antropometri dalam Arsitektur dan Desain

3. Elemen vertikal

Orang awam sering menganggap elemen vertikal selalu sebagai dinding.Padahal sebuah elemen vertikal memiliki variasi yang banyak sekali.Bisa berwujud dinding, dengan berbagai variasi ketinggian, atau kolom-kolom dengan berbagai variasi ketinggian juga, bisa juga dengan gantungan pot-pot bunga, atau kerai bambu, rangka kayu dan sebagainya.

Bisa juga kita membuat air terjun sebagai elemen vertikal kita.Variasinya bermacam-macam.Jika kita pergi ke los daging di pasar, kita bahkan bisa melihat bagaimana daging-daging yang bergelantungan menjadi pembentuk ruang yang memisahkan area pembeli dan penjual.

Ketiga elemen ini secara bersama membentuk suatu ruang, dengan kualitas ruang tertentu.Setiap pilihan mempunyai konsekuensi tersendiri terhadap kualitas ruang yang terbentuk. 

Air terjun dapat membentuk ruang vertikal
Air terjun dapat membentuk ruang vertikal

Sebagai contoh, jika kita memilih membentuk ruang dengan hanya menggunakan elemen horizontal yang pariasikan dengan warna tetapi ketinggiannya sama dengan sekitarnya, maka akan terbentuk rasa ruang yang terbuka, karena kita masih bisa melakukan kontak secara fisik dan visual dengan segala yang ada di luar ruang tersebut.

Hal ini berbeda sekali jika kita membentuk ruang dengan menggunakan elemen horizontal atas dan bawah serta elemen vertikal berupa dinding-dinding yang masif.rasa ruang yang didapatkan adalah rasa tertutup.