Arsitektur tropis adalah jenis gaya desain arsitektur yang merupakan jawaban dan bentuk adaptasi bangunan terhadap kondisi iklim di suatu daerah tropis. Iklim tropis biasanya  terletak di dekat garis khatulistiwa dan memiliki karakter khusus yang disebabkan oleh panas matahari yang tinggi, kelembapan dan curah hujan yang cukup tinggi, pergerakan angin, dan banyak pengaruh lainnya.

Pengertian Arsitektur Tropis, Ciri, Prinsip dan Contohnya
Rumah joglo, salah satu contoh arsitektur tropis

Pengaruhnya  pada bangunan akan terasa pada suhu udara, tingkat kelembapan, kesehatan udara yang harus diantisipasi oleh desain arsitektur agar tidak merusak kenyamanan pengguna bangunan.

Selain itu, arsitektur tropis juga memperhatikan penggunaan material yang tahan terhadap kondisi iklim tropis, mampu menunjukkan ciri karakter material lokal (daerah tropis) yang lebih sesuai dan ramah lingkungan.

Definisi Arsitektur Tropis 

Kata Tropis merupakan suatu gambaran keadaan posisi suatu wilayah yang memiliki 2 musim (Hujan dan Kemarau) yang terletak dekat dengan garis khatilstiwa. Indonesia adalah contoh terbaik daerah dengan karakter iklim tropis, banyak bangunan tradisional di Indonesia yang menunjukkan ciri arsitektur tropis.

Iklim tropis dikenal cukup ganas untuk merusak banyak material bangunan seperti baja dan kayu. Curah hujan yang tinggi membuat baja mudah berkarat dan membuat kayu mudah jamuran dan lapuk. Oleh karena itu, Arsitektur tropis menggunakan lapisan finishing yang lebih banyak, seperti cat dan coating.

Arsitektur tropis adalah Gaya Arsitektur dikembangkan sebagai gaya arsitektur khusus yang membuat adaptasi bangunan yang lebih baik dalam menghadapi iklim tropis dengan segala karakteristiknya.

Prinsip Desain Arsitektur Tropis

Dalam gaya ini, yang menjadi fokus utama adalah menciptakan bangunan yang mampu beradaptasi dengan baik terhadap lingkungan tropis sehingga nyaman ditinggali bagi penghuninya.

Arsitektur tropis mengusahakan bangunan agar menjadi pasif, yang artinya dapat beradaptasi secara otomatis (secara desain) tanpa adanya tambahan energi yang diperlukan termasuk mengurangi penggunaan AC dan lampu di siang hari dan mengurangi penggunaan pompa saat hujan.

Ciri-ciri Arsitektur Tropis 

Adapun adaptasi arsitektur tropis menghadapi iklim yang menjadi ciri-ciri arsitektur tropis adalah sebagai berikut :

  • Adanya overstek pada bangunan untuk mencegah tampias dan silau. 
  • Teras yang beratap mencegah radiasi langsung 
  • Jendela yang tidak terlalu lebar, dilindungi oleh gorden 
  • Ventilasi udara untuk penghawaan alami 
  • Atap Miring >30 derajat (pelana atau limasan) untuk mencegah panas radiasi matahari 
  • Memperkecil luas permukaan yang menghadap ke timur dan barat 
  • Orientasi bukaan jendela ke arah utara/selatan 
  • Melindungi permukaan bangunan dengan lapisan material wheather shield 
  • Bangunan umumnya berwarna terang untuk mencegah penyerapan panas 
  • Material untuk eksterior lebih baik menggunakan material low 
  • Lebih baik material lokal daripada material impor 
  • Vegetasi pada bangunan digunakan sebagai unsur peneduh di siang hari 


Berdasarkan pendapat dari DR. Ir. RM. Sugiyatmo, kondisi iklim tropis yang berpengaruh dalam perancangan bangunan yaitu sebagai berikut :

1. Kenyamanan Thermal

Dalam arsitektur tropis, adaptasi bangunan dilakukan untuk mendapatkan kenyamanan thermal terutama adalah mengurangi asupan panas yang masuk dalam bangunan, menciptakan aliran udara yang baik melalui ruang dalam dan membawa panas keluar bangunan dan mengurangi radiasi panas akibat sinar matahari, baik radiasi langsung matahari maupun dari dalam yang membuat suhu panas.

Cara lain untuk memperkecil panas yang masuk yaitu sebagai berikut :
1. Memperkecil luas permukaan yang menghadap ke timur dan barat
2. Melindungi dinding dengan alat peneduh. Peroleh panas dapat juga dikurangi dengan memperkecil penyerapan panas dari permukaan, terutama untuk permukaan atap.

Warna terang memiliki tingkat penyerapan radiasi matahari yang kecil sementara warna gelap menyerap radiasi panas lebih cepat. Penyerapan radiasi panas yang besar dapat menyebabkan suhu ruangan naik. Jadi, dalam bangunan tropis lebih disarankan menggunakan warna-warna terang baik di luar maupun di dalam ruangan.

2. Aliran Udara Melalui Bangunan

Aliran udara dapat mengurangi panas yang mengendap dalam bangunan. Salah satu cara yang paling baik mendapatkan aliran udara adalah dengan menggunakan ventilasi silang. Kegunaan dari ventilasi adalah sebagai berikut :
1. Untuk memenuhi syarat bangunan sehat dan layak huni, yaitu penyediaan oksigen untuk pernapasan, membawa panas, asap dan uap air keluar ruangan secepat mungkin, mengurangi konsentrasi gas-gas beracun, bakteri dan menghilangkan bau yang tidak sedap.
2. Untuk mencapai kenyamanan thermal dalam ruangan, mengeluarkan panas, membantu mendinginkan ruang dalam bangunan.

Aliran udara terjadi karena adanya gaya thermal yaitu terdapat perbedaan temperature antara udara di dalam dan diluar ruangan dan perbedaan tinggi antara lubang ventilasi. Kedua gaya ini dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk mendapatkan jumlah aliran udara yang dikehendaki.

Jumlah aliran udara dapat memenuhi kebutuhan kesehatan pada umumnya lebih kecil daripada yang diperlukan untuk memenuhi kenyamanan thermal. Untuk yang pertama sebaiknya digunakan lubang ventilasi tetap yang selalu terbuka. Untuk memenuhi yang kedua, sebaiknya digunakan lubang ventilasi yang bukaannya dapat diatur.

3. Radiasi Panas

Radiasi panas bisa terjadi karena paparan sinar matahari yang langsung masuk ke dalam bangunan, pantulan pada bidang lain dan permukaan yang lebih panas yang menyerap radiasi. Untuk bisa mencegah radiasi panas dapat digunakan elemen bangunan sebagai peneduh misalnya dengan menggunakan overstekl atap, sun shading, dan gorden.

Pancaran panas matahari pada suatu permukaan akan memberikan ketidaknyamanan thermal bagi penghuni ruangan, apalagi jika temperatur udara ruangan sampai melebih 40C. Hal ini sering kali terjadi pada ruang di bawah dari langit-langit atau bagian bawah atap.

Penerangan Alami pada Siang Hari, Cahaya alam siang hari yang terdiri dari :
1. Cahaya matahari langsung
2. Cahaya matahari difusi (tak langsung)

Namun sejatinya melimpahnya cahaya matahari pada iklim tropis dapat dimanfaatkan semaksimal untuk penerangan siang hari di dalam bangunan. Namun, sinar matahari langsung tidak baik masuk ke dalam bangunan karena bisa menimbulkan pemanasan dan penyilauan yang cepat, kecuali untuk sinar matahari pada pagi hari sebelum jam 9. Jenis cahaya siang yang perlu dimanfaatkan untuk penerangan adalah cahaya langit atau cahaya tak langsung.

Pada kasus bangunan yang berlantai banyak, semakin tinggi lantai bangunan makin kuat potensi cahaya langit yang bisa didapatkan. Cahaya langit yang sampai pada bidang kerja (bangunan) dapat dibagi dalam 3 (tiga) komponen :
1. Komponen langit.
2. Komponen refleksi luar
3. Komponen refleksi dalam

Dari ketiga komponen di atas, komponen langit memberikan bagian terbesar pada tingkat penerangan yang dihasilkan oleh suatu lubang cahaya. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya tingkat penerangan pada bidang kerja tersebut adalah :
1. Luas dan posisi lubang cahaya.
2. Lebar teritis
3. Penghalang yang ada dimuka lubang cahaya
4. Faktor refleksi cahaya dari permukaan dalam dari ruangan.
5. Permukaan di luar bangunan di sekitar lubang cahaya.

Dalam contoh bangunan yang berlantai banyak, semakin tinggi maka semakin berkurang pula kemungkinan adanya penghalang di muka lubang cahaya. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, baik terhadap model bangunan dalam langit buatan (rekayasa), maupun pada rumah sederhana secara real.

Komposisi faktor pencahayaan siang hari rata-rata 20% dapat diperoleh melalui lubang cahaya (jendela) yang memiliki luas 15% dari luas lantai, dengan catatan posisi lubang cahaya di dinding di ketinggian normal, memiliki lebar sekitar 1 meter, memiliki faktor refleksi cahaya rata-rata dari permukaan ruang dalam sekitar 50% – 60%, tidak ada penghalang di depan lubang/jendela dan kaca penutup yang digunakan adalah jenis kaca bening transparan.

Tujuan Arsitektur Tropis

Tujuan utama dari gaya arsitektur ini adalah mengadaptasikan bangunan sebaik-baiknya terhadap lingkungan yang beriklim tropis, membuat ruang yang nyaman untuk dihuni dan digunakan untuk berbagai aktivitas sehari-hari serta mengurangi penggunaan energi AC dan lampu.

Desain bangunan diharapkan secara pasif (secara bentuk dan mekanis) bisa membuat ruang yang nyaman, tetap sejuk dan terang di siang hari serta tidak mudah rusak oleh panas dan hujan.

Victor Olgay dalam bukunya yang berjudul “Desain dengan Iklim”, mengembangkan aturan dan panduan untuk arsitektur iklim responsif pada empat contoh daerah dengan iklim yang berbeda, salah satunya adalah untuk lingkungan tropis dengan panas lembab.

Merancang sebuah rumah yang pasif terhadap lingkungan tropis yang sejuk, dimulai dengan analisa lokasi, menentukan posisi dan orientasi masa, menentukan bentuk bangunan, bentuk atap, posisi jendela, material, warna dan sebagainya.

Desain Arsitektur Tropis dan Gabungan dengan Gaya Arsitektur Lainnya
Seringkali gaya arsitektur tropis adalah sesuatu yang sangat mengutamakan fungsi, sementara untuk bentuk pastinya akan mengikuti fungsi, sehingga tidak terlalu disebutkan aturan estetika arsitektur tropis.

Maka dari itu, arsitek sering menggabungkan gaya arsitektur tropis dengan gaya lain dan akan menjadi gaya campuran seperti Arsitektur Modern Tropis, Tropis Kontemporer, Tradisional Tropis, Arsitektur Tropis Minimalis dan masih banyak lagi contoh lainnya.

Contoh Arsitektur Tropis

Contoh arsitektur tropis yang paling mudah ditemui adalah pada arsitektur rumah tradisional di Indonesia. Banyak arsitektur tradisional dan arsitektur vernakular di Indonesia merupakan arsitektur yang beradaptasi baik dengan lingkungan tropis, misalnya kita lihat pada arsitektur rumah joglo, rumah bali, rumah minang dan masih banyak lagi. Atap segitiga dengan overstek yang cukup lebar menandakan gaya arsitektur tropis yang sederhana dan mendasar.

Demikianlah mengenai Arsitektur tropis, Ciri dan Contohnya. Semoga bermanfaat dan dapat menambah wawasan.